Sabtu, 12 April 2014

Surat terbuka untuk KEMENDIKBUD dan PAREKRAF

Hai, maaf suka lalay untuk ngepost blog setiap hari jumat, tapi gue masih menepati janji untuk ngepost blog tiap minggu kan? Kali ini tulisan gue serius *halah*, seperti biasa ini hanyalah ide #Sotoy gue untuk negeri ini. Sebenernya ini tulisan yang nggak masuk ke dalam suatu lomba menulis. Daripada tulisan gagal gue ini dipake orang yang tak bertanggungjawab, jadi langsung gue taro sini saja yah.

Kepada
di Tempat

Assalammualaikum, bapak dan ibu yang terhormat. Perkenalkan saya Puti Ayu Amatullah, mahasiswi #Sotoy yang E-KTP nya hampir 2 tahun belom jadi. Perkenankan saya berbagi cerita kepada bapak dan ibu KEMENDIKBUD dan PAREKRAF. Sebelumnya saya senang sekali, akhirnya Indonesia punya menteri kreatif yaitu ibu Mari Elka. Walaupun sebenarnya PAREKRAF hanya pergantian nama dari KEMENBUDPAR, saya berharap PAREKRAF bisa berfungsi seperti menteri kreatif-nya Jepang dan Korea. Jadi ini cerita saya,

Dengan banyaknya pulau dari Indonesia, kita tahu bahwa negara kita ini kaya (semua orang Indonesia tahu sih Indonesia kaya). Tak perlu jauh-jauh ke negara lain untuk merasakan "culture shock", cukup ke pulau lain negara kita ini, kita bisa langsung merasakan "culture shock".

Culture shock di negeri ini bukan hanya mengenai bahasa dan budaya, tetapi juga mengenai pendidikan. Kita sering banget melihat berita-berita tentang pendidikan Indonesia yang tidak merata.
Sementara di KEMENDIKBUD tertulis bahwa misis menteri pendidikan kebudayaan adalah
1. Memperluas KETERJANGKAUAN layanan pendidikan dan kebudayaan
2. Mewujudkan KESETARAAN dalam memperoleh layanan dan kebudayaan

Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu hal yang dicanangkan untuk merealisasikan kedua misi itu. UN mungkin memang bisa mewujudkan KESETARAAN dalam memperoleh layanan dan kebudayaan, tetapi untuk memperluas KETERJANGKAUAN, banyak beberapa wilayah Indonesia yang belum TERJANGKAU.

Jadi ini IDE-nya, Indonesia harus melakukan PERTUKARAN PELAJAR ANTAR PULAU. Minimal pertukaran pelajar antar provinsi. Agar kita sama-samat tahu bagaimana pendidikan di pulau lain di negeri ini. Sulit sekali jika kita ditanya "Indonesia itu budaya khasnya apa?", karena negara kita ini KAYA BUDAYA. Dunia bisa mengenal Jepang dengan kimono dan sakura-nya, China dengan kungfu dan panda-nya, Korea Selatan dengan hanbok dan kimchi-nya, Belanda dengan keju dan kincir angin-nya. Tapi dunia sulit untuk mengenal Indonesia. Apakah batik bisa mewakili negara ini? Bahkan China juga memiliki batik. Lalu bagaimana dengan orang papua yang masih menggunakan koteka? Bahkan dunia lebih mengenal Afrika dengan suku-sukunya #Sotoy

Sementara itu, saat kita pergi mencari pertukaran pelajar Indonesia yang kita temui adalah pertukaran yang pergi ke negara lain. Pertukaran pelajar memilii tujuan utama untuk bertukar budaya atau misi budaya. Di dunia mahasiswa, ada program "kuliah kerja nyata" hanyalah bentuk program berupa pengabdian kepada masyarakat dengan pendekatan ilmu yang dipelari sesuai jurusan mahasiswa tersebut.

Ide PERTUKARAN PELAJAR ANTAR PULAU ini lebih memberi dampak bagus untuk misi kementerian pendidikan Indonesia, yaitu KESETARAAN dan KETERJANGKAUAN layanan pendidikan Indonesia. Berapa banak pelajar atau mahasiswa Indonesia yang benar-benar mengetahui Indonesia? Banyak sekali yang mengutarakan pendapatnya mengenai Indonesia, padahal yang sebenarnya mereka utarakan adalah JAKARTA BUKAN INDONESIA. Saya pun juga begitu. 

Slogan "tak kenal maka tak sayang" memang masih berlaku di negeri ini. Bagaimana mau sayang jika tidak benar-benar mengenalnya? Datang ke tempatnya langsung adalah cara paling cepat untuk mengenal. Karena negri kita ini MUDAH membuat orang JATUH CINTA. Sistematika ide PERTUKARAN PELAJAR ANTAR PULAU akan sama dengan pertukaran pelajar keluar negeri. Lamanya program ini bisa tiga bulan atau satu smester penuh. Takut lulus kelaman? Mengapa tidak jika untuk MENGENAL NEGERI ini? Belajar bahasa lain di negeri ini an bertukar cerita tentang budaya serta kebiasaan. Berbagi pasti sangat menyenangkan apalagi sesama orang yang memiliki status yang sama, yaitu warga negara INDONESIA. Rasakan culture shock negeri ini.

Sekian cerita sekaligus ide #Sotoy saya. Semoga bisa membantu melestarikan kebudayaan negeri ini. Teruntuk bapak dan ibu KEMENDIKBUD dan PAREKRAF, yang saya percaya dapat menjalankan tugas dan amanah dengan baik. Wassalamualaikum wr.wb

Gue tau, gue #Sotoy dan ide ini mungkin sudah basi dan uda pernah dilakukan atau apa. Tapi gue menuliskannya dengan alasan agar ini menjadi ABADI. Hahaha siapa tau ada yang bisa mengembangkan ide ini dengan sangat baik atau mungkin gue sendiri lah yang menjalankannya entah dengan cara apa yang belum terpikirkan saat ini. Semoga Indonesia menjadi lebih baik! CINTA INDONESIA! Salam #Sotoy!

4 komentar:

  1. Eh gue baca surat ini berasa jadi ibu menterinya hahaha :))
    iya setuju tuh pertukaran pelajar antar pulau aja, jangan ke luar negeri kejauhan. boleh aja sih tp jangan keseringan toh di indonesia pulau banyak dan masyarakat kita juga harus tau banyaak gimana kebudayan-kebudayaannya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, yakin banget deh jalan-jalan ke luar pulau pasti pada doyan. Nggak perlu jauh-jauh. Hahaha mungkin bisa jadi ibu menteri nya suatu saat nanti :D

      Hapus
  2. Bener banget, kak! Aku aja sekarang tinggal di luar Jakarta ngalamin culture shock yang luar biasa banget untuk tahun pertama. Kenapa bisa setahun lamanya? Karena aku udah nyoba tinggal di 2 lingkungan berbeda, pertama di asrama kampus, dan sekarang ngekos sendiri, dan itu luar biasa banget rasanya ngadepin orang yang kebiasaannya sebagian besar beda banget dari kebiasaan orang Jakarta.
    Tapi kadang ada suatu hikmah yang bisa kita ambil dari perbedaan yang ada di Indonesia ini, bisa lebih nambah rasa empati kita, karena nggak semua hal yang kita bisa nikmatin di Jakarta ada disini, apalagi pas ikut acara BEM yang belusukan ke desa-desa gitu. Malah kayaknya lebih bermanfaat dilaksanakan dulu program pertukaran pelajar antar daerah (meski sudah ada) tapi dengan lebih intensif dan komprehensif, dan juga program pengabdian pemuda, nggak cuma kayak KKN dari univ aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yep, ini lebih ke arah pendidikannya aja sih. Walau berujung pada sosial, tapi intens share ilmu gitu ^^

      Hapus