Sabtu, 19 April 2014

5 Cara Mengapresiasi Film

Yo! Apa kabar kalian? Semoga dalam keadaan baik. Sesibuk apa pun orang akan tetap bisa update status di twitter dan facebook, begitu juga gue yang akan berusaha tetap nge-post blog. Hehehe dan begitu juga teman-teman @SiarUI2011 yang sesibuk apa pun tetep aje nonton FILM. Mereka doyaaan banget nonton FILM, mungkin karena jurusannya juga kali yah. Nggak hanya doyan nonton, download, dan ngopy film ke harddisk, tapi juga meng-apresiai film itu. Jadi, gue akan berbagi cara-cara sederhana dalam mengapresiasi film. Kebetulan gue juga sempet kultwit hal ini di akun @vokasinemaUI hehehe
Dengan sotoy-nya, gue membedakan arti "mengapresiasi" dengan "menghargai". Menurut KBBI, Apresiasi adalah penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu. Sementara menghargai adalah memberi (menentukan, membubuhi) harga. Jadi artinya, menghargai sesuatu itu belum tentu mengapresiasi. Jadi, kita lihat sejauh mana lo mengapresiasi sebuah FILM, terutama film Indonesia.

1. TETAP DUDUK TENANG
Kalo lo sudah beranjak dari kursi bioskop lo dan keluar dari studio bisoskop sebelum credit title selesai, maka lo baru sebatas menghargai film. Karena lo sudah memberi harga film itu senilai tiket bioskop yang lo keluarkan. Heuheu buat yang belum tau credit title itu apaan, credit title itu tulisan berjalan yang muncul setelah film selesai, isinya berupa nama-nama pemain, kru, ucapan terima kasih dan lain sebagainya yang terkait dalam hal produksi film. Pokoknya tanpa nama-nama yang disebut dalam credit title itu, film tidak bisa diproduksi sampe pada akhirnya yang kalian tonton di bioskop. Jadi, tunggu dan lihat-lihatlah walau sepintas nama-nama mereka. Sayang di Indonesia, lampu studio bioskop langsung menyala begitu film selesai diputar, padahal credit title belum selesai. Sangking pengen diliatnya sebuah credit title, film-film Marvel tuh pasti membuat adegan kejutan di akhir credit title. Cuma pecinta film-film Marvel aja tuh yang tahu dan pasti nunggu setia sampe credit title selesai, biar bisa ngeliat adegan kejutan yang spesial itu. Ada lagi nih, film yang meletakkan nama-nama penting seperti sutradara, penulis skenario, editor dan lain-lain di adegan awal film. Kadang film itu tidak mendapatkan untung yang banyak, jadi apresiasi-lah dengan tetap duduk tenang sampai film benar-benar selesai, sampai credit title habis.

2. DILARANG DOWNLOAD
Tenang, gue juga sering banget kok download film tapiiii film luar yah. Hahaha gue #Sotoy untuk memberikan pengecualian ini. "Lo boleh download film apa pun dan seberapa banyak apa pun, asalkan film itu bukan film Indonesia", sebenernya kalimat ini gue dapat waktu sering nonton di Layaria dulu. Hahaha tapi ini menjadi sebuah janji gue dan teman-teman gue. Dan lagipula film-film Indonesia tuh susaaaah banget nyari link download-an yang bagus. Ya, gue juga berjanji kalo gue akan mencicil untuk membeli DVD untuk film-film Indonesia yang emang pengen gue koleksi dan gue tonton suatu saat nanti. Bukti nyata perilaku ini sudah dilakukan temen gue, si Susan (@susanspty). Gue saluuuut dia bener-bener hunting film yang dia pengen dan beli DVD-nya. Gue pun juga lagi berusaha menyicil uang gue untuk pengapresiasian ini. Kalo lo sayang dan peduli sama dunia perfilman Indonesia, mohon jangan download! Lo boleh nunggu filmnya di TV, walaupun pada akhirnya nggak puas karena terpotong iklan dan sensor, tapi jangan download film Indonesia.

3. MEMBUAT REVIEW
Biasanya orang-orang yang membuat review film adalah orang-orang yang SUDAH MENONTON FILM di bioskop. Mereka dengan antusias memberikan penilaian mereka sebagai bentuk apresiasi mereka terhadap film yang mereka tonton. Walau review-nya dibumbui dengan spoiler, setidaknya mereka tidak membocorkan keseluruhan film seperti para pembajak film. Biasanya review film membuat peran dalam hal "persuasif", agar orang-orang menonton film tersebut. Oia, lo juga bisa bikin fanarts gambar untuk film-film yang lo suka, kalo misalnya nggak bisa menuliskan review-nya. Itu juga merupakan sebuah apresiasi.

4. HINDARI BAJAKAN
Kalo yang satu ini sudah sering banget kita denger yah. Gue pun sampe empet walau misalnya gue juga pernah membeli kaset-kaset film bajakan. Membeli DVD film bajakan itu uda termasuk tingkat paling parah dalam hal apresiasi film, bahkan sudah tidak dapat dikatakan mengapresiasi lagi, karena hal ini juga tidak dapat dikategorikan sebagai menghargai. Karena keuntungan yang didapat dari jual-beli DVD bajakan tidak masuk ke dalam orang yang memproduksi film. Gue pun juga berusaha agar gue menghindari transaksi DVD film bajakan ini.

5. IKUT SCREENING FILM
Biasanya kalo screening film itu ada acara diskusi dengan orang-orang yang memproduksi film itu. Entah dengan produser, editor, sutradara, maupun penulis skenario-nya. Kalo misalnya screening film masuk ke dalam bagian promosi dan film belum tayang di bioskop, biasanya mereka mempertontonkan film sebagian saja tapi tetep ada diskusinya. Ini yang membuat screening film sebagai bentuk apresiasi. Asiknya screening film tuh biasanya GRATIS, kalo pun bayar yaah nggak semahal lo beli tiket buat nonton di bioskop. Sekalinya mahal, pasti lo dapet keuntungan yang mantep misalnya diskusinya termasuk sama pemain-pemain filmnya gitu. Kan lumayan bisa foto bareng dan ada bahan foto yang bakal dimasukin ke path, instagram, dan social media lainnya. Nggak pernah rugi deh kalo ikutan screening film. Heuheu #Sotoy
SOTOY AYAM, ACTION!
Ya, segitu dulu ke-sotoy-an gue tentang cara-cara mengapresiasi sebuah film, terutama film Indonesia. Mungkin saat ini gue masih memberi "sebuah celah" dalam tulisan ini, dengan memberikan perlakuan khusus untuk film Indonesia. Kalau bisa sih yah perlakukan 5 cara ini ke semua film, termasuk film-film luar. Bahkan kalo bisa ke semua karya. Memajukan perfilman Indonesia bukan berarti seluruh penduduk Indonesia harus membuat film, tetapi bisa juga dengan mengapresiasi film yang telah lahir. Maju terus perfilman Indonesia! Maju terus Industri kreatif Indonesia! MAJU TERUS SEMUA KARYA ANAK BANGSA! Salam #Sotoy.

Sumber foto:
dan dokumentasi pribadi
Pandang lagi langitnya »»  

Sabtu, 12 April 2014

Surat terbuka untuk KEMENDIKBUD dan PAREKRAF

Hai, maaf suka lalay untuk ngepost blog setiap hari jumat, tapi gue masih menepati janji untuk ngepost blog tiap minggu kan? Kali ini tulisan gue serius *halah*, seperti biasa ini hanyalah ide #Sotoy gue untuk negeri ini. Sebenernya ini tulisan yang nggak masuk ke dalam suatu lomba menulis. Daripada tulisan gagal gue ini dipake orang yang tak bertanggungjawab, jadi langsung gue taro sini saja yah.

Kepada
di Tempat

Assalammualaikum, bapak dan ibu yang terhormat. Perkenalkan saya Puti Ayu Amatullah, mahasiswi #Sotoy yang E-KTP nya hampir 2 tahun belom jadi. Perkenankan saya berbagi cerita kepada bapak dan ibu KEMENDIKBUD dan PAREKRAF. Sebelumnya saya senang sekali, akhirnya Indonesia punya menteri kreatif yaitu ibu Mari Elka. Walaupun sebenarnya PAREKRAF hanya pergantian nama dari KEMENBUDPAR, saya berharap PAREKRAF bisa berfungsi seperti menteri kreatif-nya Jepang dan Korea. Jadi ini cerita saya,

Dengan banyaknya pulau dari Indonesia, kita tahu bahwa negara kita ini kaya (semua orang Indonesia tahu sih Indonesia kaya). Tak perlu jauh-jauh ke negara lain untuk merasakan "culture shock", cukup ke pulau lain negara kita ini, kita bisa langsung merasakan "culture shock".

Culture shock di negeri ini bukan hanya mengenai bahasa dan budaya, tetapi juga mengenai pendidikan. Kita sering banget melihat berita-berita tentang pendidikan Indonesia yang tidak merata.
Sementara di KEMENDIKBUD tertulis bahwa misis menteri pendidikan kebudayaan adalah
1. Memperluas KETERJANGKAUAN layanan pendidikan dan kebudayaan
2. Mewujudkan KESETARAAN dalam memperoleh layanan dan kebudayaan

Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu hal yang dicanangkan untuk merealisasikan kedua misi itu. UN mungkin memang bisa mewujudkan KESETARAAN dalam memperoleh layanan dan kebudayaan, tetapi untuk memperluas KETERJANGKAUAN, banyak beberapa wilayah Indonesia yang belum TERJANGKAU.

Jadi ini IDE-nya, Indonesia harus melakukan PERTUKARAN PELAJAR ANTAR PULAU. Minimal pertukaran pelajar antar provinsi. Agar kita sama-samat tahu bagaimana pendidikan di pulau lain di negeri ini. Sulit sekali jika kita ditanya "Indonesia itu budaya khasnya apa?", karena negara kita ini KAYA BUDAYA. Dunia bisa mengenal Jepang dengan kimono dan sakura-nya, China dengan kungfu dan panda-nya, Korea Selatan dengan hanbok dan kimchi-nya, Belanda dengan keju dan kincir angin-nya. Tapi dunia sulit untuk mengenal Indonesia. Apakah batik bisa mewakili negara ini? Bahkan China juga memiliki batik. Lalu bagaimana dengan orang papua yang masih menggunakan koteka? Bahkan dunia lebih mengenal Afrika dengan suku-sukunya #Sotoy

Sementara itu, saat kita pergi mencari pertukaran pelajar Indonesia yang kita temui adalah pertukaran yang pergi ke negara lain. Pertukaran pelajar memilii tujuan utama untuk bertukar budaya atau misi budaya. Di dunia mahasiswa, ada program "kuliah kerja nyata" hanyalah bentuk program berupa pengabdian kepada masyarakat dengan pendekatan ilmu yang dipelari sesuai jurusan mahasiswa tersebut.

Ide PERTUKARAN PELAJAR ANTAR PULAU ini lebih memberi dampak bagus untuk misi kementerian pendidikan Indonesia, yaitu KESETARAAN dan KETERJANGKAUAN layanan pendidikan Indonesia. Berapa banak pelajar atau mahasiswa Indonesia yang benar-benar mengetahui Indonesia? Banyak sekali yang mengutarakan pendapatnya mengenai Indonesia, padahal yang sebenarnya mereka utarakan adalah JAKARTA BUKAN INDONESIA. Saya pun juga begitu. 

Slogan "tak kenal maka tak sayang" memang masih berlaku di negeri ini. Bagaimana mau sayang jika tidak benar-benar mengenalnya? Datang ke tempatnya langsung adalah cara paling cepat untuk mengenal. Karena negri kita ini MUDAH membuat orang JATUH CINTA. Sistematika ide PERTUKARAN PELAJAR ANTAR PULAU akan sama dengan pertukaran pelajar keluar negeri. Lamanya program ini bisa tiga bulan atau satu smester penuh. Takut lulus kelaman? Mengapa tidak jika untuk MENGENAL NEGERI ini? Belajar bahasa lain di negeri ini an bertukar cerita tentang budaya serta kebiasaan. Berbagi pasti sangat menyenangkan apalagi sesama orang yang memiliki status yang sama, yaitu warga negara INDONESIA. Rasakan culture shock negeri ini.

Sekian cerita sekaligus ide #Sotoy saya. Semoga bisa membantu melestarikan kebudayaan negeri ini. Teruntuk bapak dan ibu KEMENDIKBUD dan PAREKRAF, yang saya percaya dapat menjalankan tugas dan amanah dengan baik. Wassalamualaikum wr.wb

Gue tau, gue #Sotoy dan ide ini mungkin sudah basi dan uda pernah dilakukan atau apa. Tapi gue menuliskannya dengan alasan agar ini menjadi ABADI. Hahaha siapa tau ada yang bisa mengembangkan ide ini dengan sangat baik atau mungkin gue sendiri lah yang menjalankannya entah dengan cara apa yang belum terpikirkan saat ini. Semoga Indonesia menjadi lebih baik! CINTA INDONESIA! Salam #Sotoy!
Pandang lagi langitnya »»  

Jumat, 04 April 2014

[Review] The Raid 2: Berandal - Nggak bisa nafas

WARNING! POSTINGAN INI SUBJEKTIF DAN PENUH SPOILER

Judul: The Raid 2: Berandal (2014)
Produksi: Merantau Films
Sutradara: Gareth Evans
Penulis Naskah: Gareth Evans
Jenis Film: Aksi - Drama
Pemain: Iko Uwais, Arifin Putra, Tio Pakusadewo, Oka Antara, Julie Estelle, Yayan Ruhian.

The Raid 2: Berandal menceritakan tentang Rama (Iko Uwais) yang mengganti identitasnya menjadi Yuda demi mengemban misi membongkar sindikat koruptor di dalam tubuh kepolisian itu sendiri. Perubahan identitasnya didasarkan tugas yang diemban Rama sangat berbahaya. 5 tahun lamanya, Rama menjadi Yuda, seorang tahanan penjara yang mengawasi pergerakan Uco (Arifin Putra), anak laki-laki Bangun (Tio Pakusadewo), bos gengster yang sangat terpandang.

Sukses dengan The Raid pertama, pastinya penduduk Indonesia termasuk gue sangat menantikan The Raid 2. Pastinya film ini masuk ke daftar film yang harus ditonon. Apalagi harapan gue terkabul dengan adanya Donny Alamsyah, yang berperan sebagai abangnya Rama di The Raid pertama masih muncul walau cuma di adegan awal.

Gue akan memulai dari treatment kamera yang ciamik abis. Adegan pertarungan The Raid 2 ini emang bener-bener BRUTAL dibandingkan The Raid sebelumnya. Dan juga fokus adegan pertarungan di the raid 2 ini banyak bermain di ARENA TERTUTUP dan SEMPIT, contohnya di dalam bilik toilet dan dalam mobil. Pengambilan gambarnya pun asik banget, angle kameranya di atas coy! 360 derajat lah gitu, sudut pandangnya langit-langit ruanganlah gitu. Gue pun sempet mikir, itu gimana cara ngambilnya kalo di dalem mobil? Smooth banget. Pertarungan yag berlangsung cepet emang bikin kita berdebar, apalagi ditambah dengan MOVEMENT KAMERA YANG CEPAT, bikin yang nonton NGGAK BISA NAFAS. Gue angkat tangan, gue nggak dikasih waktu untuk bernafas dan mengalihkan mata gue sedikit karena movement kamera yang sangat cepat. Ngedip sedikit, pasti kehilangan beberapa SHOT YANG CIAMIK.
SUMBER FACEBOOK CINEMAGS
Di film-film action yang menggunakan koreografi, seperti film kungfu biasanya ada adegan yang slowmotion untuk efek dramatis. The Raid 2 justru nggak menggunakan itu! Semua adegan bener-bener dibuat cepat dengan "tektok" yang tepat. Kebayang kalo itu juru kameranya ikut latihan movement bareng pemainnya, biar tau RITME koreografi pertarungannya.

Yang kedua, permainan sound yang bombastis. Jarang ada film yang hampir seimbang antara sound dan visualnya. Gue suka banget adegan dimana Rama menyalakan musik dengan keras dan suaranya berganti dengan smooth beriringan dengan gambar yang berpindah ke handphone yang digunakan Rama untuk menelpon istrinya. Efek suara pistol, tulang patah, kulit terbakar, cabikan palu, pukulan tongkat baseball, semuanya bener-bener berasa NYATA dan KUAT.

Yang ketiga, setting yang nggak terduga. Misalnya adegan pertarungan di daerah Blok M, memang terasa tidak mungkin dan tidak logis, tapi INI LOGIKA FILM. Gue terkesan melihat halte transjakarta yang rusak dan ambruk, jalanan Blok M yang seperti arena balap mobil ala fast and furious. Gue sangat menikmatinya.
PERUBAHAN SETTING. SUMBER @GHUWEVANS
BENTENG VAN DER WIJK KEBUMEN

JALAN SEKITAR BLOK M TIBA-TIBA ADA GAMBAR CLAYCAT THE RAID
Sesuatu yang dirasa nggak mungkin tiba-tiba menjadi mungkin di dalam dunia The Raid 2 dengan segala LOGIKA FILM yang mereka anut. Dan ini berkaitan dengan yang keempat, efek dan make up fantastis.
Bagi yang belom nonton dan iseng search kontroversialnya The Raid 2 selain soal dicekal di Malaysia, pasti pada nemuin soal berita "Salju di Jakarta ala The Raid 2". Salju hadir di adegan kematian Prakoso. Kalau kalian tahu, Prokoso itu diperanin Yayan Ruhian yang meranin karakter paling fenomenal di The Raid pertama, yaitu Mad Dog. Yup, dia main lagi dengan karakter yang berbeda. Karakter suami takut istri hihihi. Banyak yang kaget dengan SALJU yang hadir di sini karena berpikir dengan logika biasa bukan logika film. Gue sangat suka salju ini! Gareth kayak mewujudkan impian gue untuk melihat Jakarta ber-salju walau cuma dalam film hahaha. Adegan ini sangat DRAMATIS, simbolis sekali, dan EFEK darah yang mengalir di salju itu terasa sangat menggumpal.
Dijuluki film yang too bloody, tentunya efek DARAH menjadi hal yang paling menarik buat diliat. Gue terkesan bagaimana make up artist The Raid 2 membuat darah, luka bakar, luka lebam di mata, sampai  satu mata Hammer Girl (Julie Estelle) yang buta itu. Semua begitu NYATA.

Yang kelima, icon yang memiliki ciri khas. Karakter Mad Dog di The Raid pertama menjadi sangat iconic dengan kalimat "greget"-nya yang akhirnya dijadikan meme comic Indonesia.
KARAKTER YANG ICONIC
Kalo dari fanart yang gue ambil dari cinemags, orang yang uda nonton The Raid 2 pasti tau ini siapa aja. Mulai dari kiri atas ke kanan bawah: Rama, Uco, Bejo, Eka, The Assassin, The Hammer Girl, The Baseball Bat Man, Prakoso. Semua punya ciri khas tapi yang paling berkesan adalah si paketan The Baseball Bat Man dan The Hammer Girl. Cuman yang punya kalimat trademark adalah si Baseball Bat Man aja sih dengan kalimat "sini bolanya", sementara The Hammer Girl bisu. Ya, lumayan lah kehadiran si Hammer Girl bikin seger mata para lelaki, secara karakternya kebanyakan cowok yah.
HAMMER GIRL CEWEK SENDIRI
Gue selalu inget kata dosen gue, "Susah bikin film action yang ada ceritanya" dan The Raid 2 bisa dikatakan LEBIH BERCERITA dibandingkan The Raid sebelumnya. Suara-suara musik tari daerah juga terasa di The Raid 2 dan membuatnya terasa INDONESIA BANGET dibanding The Raid sebelumnya. Terlepas saljunya itu. Spoiler dikit, gue yakin 100% bakal ada The Raid 3 dengan misteri tato-nya Bejo di tangan yang sering ditutupin sarung tangannya itu. Salut buat individual triangle system Gareth Evans, yang merangkap sebagai sutradara, penulis skenario, dan editor sekaligus. Nggak mabok, mas? Heuheu dukung film Indonesia dengan menontonnya di Bioskop. Jangan bawa anak kecil nonton film ini yah. Rate-nya uda (D)ewasa nih. Uda gitu, jangan dalam kenyang nonton film ini, kalo mual dan berakhir munt*h kan susah. Waktu di sundance festival ada penonton yang kejang-kejang soalnya, mungkin girang kali yah hehehe. Selamat nonton dan salam #Sotoy!

*Sumber gambar diambil dari: Facebook Cinemagz dan @Ghuwevans
Pandang lagi langitnya »»