Senin, 24 Februari 2014

Belajar Meniru ala Kise Ryota "Kuroko no Basket"

Kata seseorang pada gue, kalo diibaratkan gambar gunung  yang sering kita gambar waktu SD, apa yang gue pelajari di dunia kuliah baru gambar rerumputan atau sawah yang berbentuk V itu aja. Belom keseluruhan. Itu membuat gue agak kaget sih, secara gue sudah menempuh pendidikan dari TK sampai sekarang tetapi ternyata baru gambar rumput atau sawah aja yang gue dapet. Artinya dikit kan? Nah, ini menandakan kalo BELAJAR bisa darimana saja, termasuk dari karakter fiksi seperti ANIME (kartun Jepang).

Karakter Anime yang gue pilih untuk tema kita kali ini adalah Kise Ryota dari anime "Kuroko no Basket". Bagi pencinta anime, pasti sudah pada tau dia siapa atau nggak minimal pada tahu deh anime olahraga yang satu ini. Kuroko no Basket (KnB) menceritakan tentang Tetsuya Kuroko dengan dunia basketnya. Karakter yang menjadi pusat anime ini adalah "kiseki no sedai" (generasi keajaiban), yang memiliki kemampuan basket yang luar biasa dan luar logika. Pokoknya kiseki no sedai isinya orang-orang yang berbakat deh. Nah, Kise Ryota adalah salah satu anggota kiseki no sedai yang kemampuannya unik bagi gue tapi bisa kita pelajari, yaitu MENIRU.
KISE RYOTA
Di dalam anime, Kise bisa meniru gaya permainan basket siapa pun dengan cepat dan bahkan menyempurnakannya menjadi lebih baik. Di balik kemampuan meniru kise, ternyata dia cuma orang (karakter) yang "cepat belajar" sesuatu yang baru. Pertanyaannya adalah apa kerennya dari meniru? Nggak orisinil dong? Terus apa yang bisa kita pelajari dari MENIRU? Banyak, coy #Sotoy

Secara nggak sadar, apa yang kita lakukan semua adalah MENIRU. Dari awal kita belajar berjalan, kita meniru orang tua kita berjalan. Belajar bicara, kita pun juga meniru suara orang tua kita dari mendengar. Inilah kenapa tuna wicara biasanya berawal dari tuna rungu #Sotoy. Bagaimana dengan yang lain? Belajar gambar deh misalnya. Banyak banget temen gue yang jago gambar karena OTODIDAK. Semua orang terkagum-kagum dengan kata sakti yang satu ini, yaitu OTODIDAK, ketimbang dengan kata MENIRU. Tapi siapa yang tahu? Temen-temen gue yang OTODIDAK itu melakukan PENIRUAN pada gambar-gambar yang disukainya. Semakin sering meniru, semakin jago dia. Biar nggak monoton, dia pun meniru gambar yang lainnya. "Semakin banyak yang ditiru, semakin variasi kemampuan gambar yang bisa digambarnya".

Dalam pikiran gue, inilah alasan dimana Fanart (art yang dibuat oleh fans), Fanfiction (fiksi yang dibuat oleh fans), band-band cover bermunculan. Menurut ke-sotoy-an gue, PENIRUAN yang telah dilakukan berawal dari SUKA. Kalo nggak suka karya orang tersebut, mana mungkin ditiru. Lalu apa bedanya PLAGIAT dengan MENIRU? Kalo iseng buka KBBI, Plagiat memiliki arti pengambilan karangan (pendapat dsb) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dsb) sendiri. Jadi, kalo kita melakukan PENIRUAN karya seseorang, kita bisa mengatakan "Ini karyaku, tribute to penciptanya". Nggak ngambil dan ngaku kan? Karena "meniru itu ada sebuah usaha, sementara plagiat hanya mencuri kemudian mengakuinya".

Lalu apa keuntungan dari semua peniruan yang kita lakukan? Apakah tidak bisa kita jadikan jadi keahlian kita? Jawabannya bisa. Ibaratnya, China bisa menjadi maju berkat barang tiruannya kan? Atau mungkin produk handphone Sams*ng yang banyak peminatnya itu? Hehehehe #Sotoy.  Berarti harus ada yang harus kita lakukan untuk maju setelah meniru kan? Mari kita belajar dari Kise Ryota, yaitu BERHENTI MENGAGUMI SESEORANG.
"Saat kau memandang seseorang, kau tidak bisa mengejar mereka" - Kise Ryota
KISE - AOMINE (SCREENCAPTURE EPISODE 24, SUBBED BY AWSUB)
Dalam Kuroko no Basket, Kise mulai bermain basket karena terkagum-kagum dengan permainan Aomine (yang pada akhirnya menjadi rekannya dalam kiseki no sedai) yang luar biasa hebat. Dan pada akhirnya di suatu episode, Kise harus berhadapan dengan Aomine dalam pertandingan basket. Tentu sebagai orang yang mengagumi permainan basket Aomine, hal ini menjadi berat. Ibaratnya seorang fans melawan idolanya sendiri. Di kehidupan nyata pasti hal ini terjadi dan sebagai orang yang memiliki idola, gue pun nggak kebayang gimana jadinya. Solusi Kise, "Berhenti mengagumi seseorang" adalah cara yang tepat menurut gue. Saat kita mengidolakan, mengagumi, menghormati seseorang, tanpa sadar kita nggak akan berusaha melampaui mereka dan ini yang membuat kita nggak maju.
"Walaupun nantinya, sekuat apapun aku berusaha, mungkin tetap tidak mungkin bisa melampauinya. Tapi itulah yang kumau!" - Kise Ryota
Berhenti mengagumi seseorang itu bukan berarti kita meremehkan mereka pada akhirnya, justru kita harus tetap ingat kalo merekalah yang membuat kita maju. Inilah mengapa banyak murid yang lebih pintar dari guru, dan faktor ini membuat beberapa guru nggak mau memberi keseluruhan ilmu yang dia punya. Ngerti sih rasanya, ibaratnya kayak siapa yang belajar eh yang nyontek yang nilai ujiannya bagus. Tapi yaah pelit ilmu nggak bikin maju kan yah? Sama seperti nasihat para guru juga, yaitu "Kalo ada temen yang minta ajarin, ajarin aja. Jangan pelit! Kan ilmunya jadi tambah ngelotok tuh".

Berkat Kise, gue mulai mencoba mengurangi rasa kagum gue pada seseorang (ya bukan orang terkenal sih, tapi gue yang kenal hahaha). Agar gue bisa melampaui dia, yang gue kagumi. Agak menyakitkan sih tapi gue akan coba. Lalu gue juga nyoba ngasah kemampuan gambar gue yang sudah mulai terlupa dengan cara Kise, yaitu MENIRU. Jadi, selamat meniru, teman! Salam sotoy~

*Source photo: Official Web Kuroko No Basket
Pandang lagi langitnya »»  

Jumat, 14 Februari 2014

Suka Buku VS Suka Baca

Banyak yang mengatakan kalo ingin menjadi seorang penulis, kamu harus rajin membaca. Ya, kalimat itu nggak asing buat gue, tapi gue tidak pernah memasukkan kata "membaca" sebagai hobi. Gue memilih kata "menulis" dan "menonton" sesuatu untuk kategori hobi gue. Masih teringat di suatu seminar kepenulisan, gue dicaci dan disudutkan hanya karena gue sendiri yang mengangkat tangan bahwa hobi gue bukanlah "membaca". Entahlah bukan berarti gue BENCI membaca. Apalagi setelah gue bicara, kalo buku favorit gue adalah komik. Dan baru gue tahu kalo komik itu BUKAN BUKU. Apa???!! Sementara novel masih masuk kategori buku. Hal ini membuat gue bertanya, apakah hanya karena komik itu bergambar maka dia tidak disebut buku? Tapi secara fisik, mereka berbentuk buku kan? Apa gue salah suka baca komik? Dan semua pertanyaan itu berkembang kepada diri gue sendiri, sebenernya gue SUKA BUKU atau SUKA BACA?
TUMPUKAN KOMIK GUE YANG UDAH NGGAK MUAT DI RAK
SUKA BUKU
Gue adalah orang yang lebih memilih untuk menghabiskan uang 50ribu untuk membeli sebuah BUKU daripada BAJU. Di saat teman-teman gue lebih "ngiler" ngeliat diskon baju, gue lebih ngiler liat diskon buku yang sialnya selalu dikit, paling gede juga 20%. Gue seneng banget ke perpustakaan, cuma untuk sekedar duduk melihat jejeran buku, mencium aroma tua buku, menyentuh lembar-lembar kering setiap halaman buku, membuka-buka halamannya secara asal, tanpa MEMBACA penuh keseluruhan isi buku. Mungkin kah gue sebenernya hanya suka BUKU? Tentu banyak orang yang pernah merasakan ini. Senang membeli buku, karena tertarik di awal dan lain sebagainya. Tapi pada akhirnya BUKU tersebut belum pernah dibaca. Hal ini sama seperti saat banyak meng-copy film di laptop tapi belum semua ditonton. Jadi sebenernya cuma doyan ngoleksi aja (tanpa disadari). Di beberapa ulang tahun, BUKU menjadi hadiah ulang tahun untuk gue (bukan komik loh yah). Gue seneng banget, tapi sekali lagi gue belom pernah tuntas membaca buku tersebut. Bukan karena malas, atau tidak punya waktu, entahlah mungkin karena gue cuma suka buku. Aroma buku yang baru dibeli misalnya, sangat menyenangkan daripada buku lama, tapi lembaran kertasnya masih lebih asik buku lama.

Di titik ini, gue menelusuri lagi, apakah benar gue masuk ke dalam kategori SUKA BUKU bukan SUKA BACA? Jika ditanya lebih suka mana membaca komik online atau komik dalam fisik buku, gue akan memilih komik dalam fisik buku. Gue sangat menikmati ketika tangan gue bersentuhan dengan kertas buku dan aroma yang ditimbulkannya tiap halaman berganti. Pasti kalian juga merasakan hal ini kan? Karena bukulah, gue pake kacamata (tunggu), mungkin karena membaca makanya gue pake kacamata? Hahaha jika kalian rela mengeluarkan banyak uang untuk membeli sebuah buku hingga rak buku kalian sangat padat, patut dipertanyakan apakah kalian SUKA BUKU atau SUKA BACA? Ya, kalo semua buku-buku itu sudah dibaca, ya artinya suka baca. Tapi kalo tidak dibaca? Artinya kolektor kali yah? Umumnya orang menganggap, "orang yang memiliki banyak buku, berarti dia memiliki hobi membaca", padahal belum tentu kan?

SUKA BACA
Membaca memiliki arti yang luas bagi gue. Beda sekali dengan seminar yang menyudutkan gue itu, yang mewajibkan gue membaca buku. Bagi gue, sekadar membaca status orang di twitter sudah termasuk MEMBACA. Sayangnya seringkali kata "membaca" dikaitkan dengan "buku" (harusnya komik juga dong! Sensi gue). Dari sini kita bisa katakan, "nggak mesti punya buku, kalo emang suka membaca". Apa gunanya perpustakaan diciptakan? Lalu bagaimana dengan orang-orang yang senang membuka buku di toko buku kemudian membacanya tanpa membelinya? Lalu apa guna blog ini ada kalo bukan untuk dibaca? Sama halnya seperti orang yang rajin membaca "aturan pakai" di setiap produknya, mereka lebih sering disebut sebagai "orang teliti" ketimbang "orang yang suka baca". Apakah hal ini semua karena julukan "kutu buku" yang merujuk pada orang yang suka baca, sehingga kata baca pasti menikah dengan buku? #Sotoy.

Di jaman yang serba digital ini, banyak sekali orang yang gue temui "merundukkan" kepalanya karena melihat handphone bukan buku. Dan seketika semua orang banyak yang suka asal "nge-judge" karena mereka memegang handphone bukan buku. Padahal mereka juga lagi "membaca" kan? Gue nggak nyalahin kalo budaya negeri kita ini bukan negeri "pembaca", bahkan banyak orang dewasa yang memerintahkan generasi muda untuk membaca tanpa memberi contoh kalau mereka juga seorang pembaca. Kebiasaan membaca bagus sih, TAPI seringnya membaca kilat kalo di handphone kan? Misal lo follow akun koran gitu, ada judul dan link artikelnya, eh lo langsung berkomentar cuma karena judulnya tapi belom BACA keseluruhan.

Kalo SUKA BUKU dan SUKA BACA, alangkah lebih baik lagi. Kenapa? Karena kalo SUKA BUKU, pasti bukunya terawat. Misal biar nggak ada halaman yang ketekuk, setiap buku dikasih pembatas buku (kalo nggak dapet, biasanya bikin sendiri), atau nggak rak bukunya pasti nggak dibiarin berdebu. Kalo SUKA BACA, pasti bukunya luwes dan nggak kaku. Uang yang terpakai untuk membeli buku nggak sia-sia, dan di otak punya "bekas" dari pengalaman si penulis. Dan kemudian, pertanyaannya kembali lagi ke gue, apakah gue SUKA BUKU atau SUKA BACA? Komik-komik gue sempat gue rentalin biar dapet duit dan alhasil buku gue nggak teawat. Kalo gue sangat menyukai buku itu atau membaca buku itu dengan serius, biasanya buku itu gue coret atau gue beri tanda untuk dibaca ulang. Berarti gue nggak suka buku dong? Eits, di rak buku gue, masih banyak buku yang belom gue baca. Terus gue ini apa?

Oke, oke, maaf gue terlalu #Sotoy membuat SUKA BUKU dan SUKA BACA menjadi berbeda sekaligus terpisah. Semenjak gue mulai bosan membaca apa yang ada di handphone gue (walau terkoneksi di internet), saat ini gue memutuskan untuk menjadi orang yang SUKA BUKU dan SUKA BACA. Gue mulai menyicil buku-buku yang belum gue baca, walau seringkali seperti orang mabok masih membawa buku baru (baru dibeli atau pun baru dipinjam). Tapi gue tetep baca berita lewat handphone (entah rasanya lebih asik aja saat ada link-link terkait ketimbang baca koran yang sedang terbit). Hehehe mari teman-teman kita budayakan membaca. "kalau mau tulisannya dibaca orang, mulailah dengan membaca tulisan orang lain" ini adalah sebuah etika yang baik. Salam #Sotoy
Pandang lagi langitnya »»  

Sabtu, 08 Februari 2014

[Review] Comic 8 - Dari "Hahaha" Menjadi "Hah?!"

Mulai dari tahun 2012 kemarin, film Indonesia sepertinya mulai bangkit kembali. Sudah banyak film Indonesia yang bagus-bagus dan variatif. Nah, di tahun 2014 ada Comic 8.

Judul: Comic 8 (2014)
Produksi: Falcon Picture
Sutradara: Anggy Umbara
Penulis Naskah: Fajar Umbara
Jenis Film: Komedi - Aksi
Pemain: Mongol Stres, Mudy Taylor, Ernest Prakasa, Kemal Palevi, Bintang Timur, Babe Cabiita, Fico Fadhriza, Arie Kriting, Indro Warkop, Nirina Zubir, Pandji Pragiwaksono, Boy William, Nikita Mirzani, Candil

Comic 8 menceritakan tentang 3 kelompok perampok dengan latarbelakang berbeda, yang secara kebetulan merampok bank dalam waktu bersamaan. 3 kelompok ini terdiri dari 8 orang yang tentunya diperankan 8 Stand Up Comedian. Dari liat posternya aja kita udah tahu yah ini adalah poster film aksi, dan setelah membaca 8 nama pertama yang muncul, kita pun tahu film ini pasti komedi. Cerita berawal dari Fico, Babe, dan Bintang yang berencana untuk merampok sebuah bank. Mereka bertiga ini hanyalah orang-orang kecil yang merasa kehidupan mereka sulit dan berusaha mengubahnya dengan cara merampok sebuah bank. Segala perlengkapan sudah mereka siapkan hingga mereka tiba di bank. Belum juga beraksi, kelompok perampok yang lain datang dengan kehebohan senjata yang mereka punya. Kelompok ini adalah Ernest, Arie, dan Kemal. Tentu dengan serangan yang tiba-tiba ini, bikin Fico, Babe, dan Bintang terkejut dan berusaha memikirkan strategi lain. Belum berhasil membuka tempat penyimpanan uang yang ingin dirampok, kelompok lain lagi datang, yakni Mongol dan Mudy yang kekuatan dan senjatanya lebih besar dibanding dua kelompok rampok sebelumnya. Tentunya terjadi keributan besar apalagi setelah datangnya pasukan polisi yang mengepung.

Oke, awal comic 8 muncul, gue agak memandang rendah film ini, cuma karena jenis filmnya yang aksi. Tahun ini mungkin kita akan dikejutkan film the raid yang kedua dan film the killers. Tentu akan berat untuk film ini jika jenisnya adalah film aksi yang serius. Saat melihat film ini produksi falcon pictures dan para pemainnya yang stand up comedian, gue langsung tahu film ini pasti menghasilkan komedi yang asik. Komedi yang asik disini, gue artikan "nggak sampah". Film ini punya konsep dari "Hahahahahaha" menjadi "Hah?!". Dari ketawa menjadi kaget. Alasannya karena "double twist" yang disajikan dalam cerita. Beneran deh ceritanya sangat terkonsep, berasa membaca komik dalam bentuk film. Walau sebenernya arti comic di sini bukan komik, melainkan para stand up comedian-nya. Editing film ini yang membuat gue ngerasa seperti membaca komik. Penempatan adegan yang diolah dengan alur bolak-balik, sehingga pusat cerita dalam film ini tergambar di adegan pertama layaknya sebuah ledakan (atau mungkin kompor meleduk yang emang digemporkan dalam film ini dan menjadi OST-nya).

Comic 8 benar-benar terasa "komik" buat gue karena karakter dalam cerita yang ciamik. Kalo dalam komik, kita pasti menemukan tokoh-tokoh cerita yang masing-masing punya "trademark", dan comic 8 pun punya itu. Bagi gue sulit loh untuk memberi "trademark" pada masing-masing karakter terutama 8 orang ini. Karena pasti ada yang lebih menonjol di antara lain, tetapi comic 8 mampu menyamaratakan hal itu. Cara termudah ngeliat karakter dalam sebuah film itu berbeda adalah dari kostum atau pakaian yang mereka kenakan. Dari kostum, kita bisa mengira-ngira bagaimana kelakuan mereka, cara mereka berbicara, dan bahkan cara mereka berpikir.

Comic 8 ini nggak ngebiarin kita ketawa begitu aja. Kita diberikan waktu untuk berpikir dengan "kejutan" yang diberikan dalam setiap adegan. Ada sebuah tulisan yang sempet bikin gue tertegun di dalam film itu dan akan gue jadikan quote untuk film ini. Quote biasanya dari dialog para pemain di film kan? Nah ini dari tulisan banner di satu adegan filmnya. Tulisan itu berbunyi: "Tuhan tidak pernah menciptakan produk gagal". Kurang lebih seperti itu. Sesuatu kan? Oia, jangan takut bawa keluarga buat nonton film ini karena ada Nikita Mirzani. Maaf bukan maksud apa-apa, awalnya gue ragu ngajak keluarga nonton cuma karena ngeliat nama itu tapi toh ternyata tidak ada sesuatu yang gue takutkan (ya kalo kalian ngerti maksud gue).

Pokoknya comic 8 tuh SEGEEEEERRR BANGET. Selain komedinya yang seger, film ini bertaburan bintang. Comic 8 bakal bikin kamu nggak berdiri dari kursi sampe credit title-nya habis. Saat liat teasernya, gue udah ketawa ngakak dan makin pengen nonton cuma karena ada Agus Kuncoro. Hahaha oia ada coboy junior juga (agak sedih ngeliat mereka di film ini dengan kabar mereka akan bubar), Agung Hercules, Cak Lontong, dan masih banyak lagi. Dan comic 8 gue nobatkan sebagai film SUKSES, dengan sempat menjadi Trending Topic di twitter. Hohohoho salam #Sotoy
 
Pandang lagi langitnya »»  

Jumat, 07 Februari 2014

Pentingnya Basa-basi

Jepang adalah negara impian gue dan sampai hari ini sudah 9 tahun, negara itu menjadi list cita-cita yang akan gue wujudkan. Tetapi saat jika ditanya, seandainya gue terlahir lagi, kira-kira di negar mana yang gue pengen menjadi tempat lahir dan warga negara gue nanti? Gue akan tetap menjawab INDONESIA. Banyak alasan yang bisa gue jabarin untuk pertanyaan itu tapi gue nggak akan ngebahas itu. Gue akan ngebahas salah satunya, yang termasuk kesotoyan gue dalam menganalisa, yaitu BASA-BASI.
Basa-basi Kise ngedatengin Seirin

Sepertinya ini budaya orang Asia yah, yang kurang straight to the point jadi sangat mengutamakan adanya “basa-basi”. Tapi gue yakin setiap negara punya basa-basinya sendiri. Iseng liat KBBI, basa-basi artinya adat sopan santun, tata krama pergaulan. Sesederhana, masuk ke ruang guru dengan mengetuk pintu, mencium tangan orangtua saat hendak pergi dan mengangkat tangan saat ingin bertanya atau mengutarakan pendapat dalam suatu forum. Atau yang paling sederhana lagi, seperti gue memulai tulisan ini. Banyak basa-basi yah? Hahaha gue akuin memang begitu. Sangking sederhananya, basa-basi ini sering banget loh dilupain dan ini BAHAYA. Gue akan memberi beberapa kondisi tentang bahayanya.

Kondisi pertama,
Ani dan Dian adalah temen sebangku sekaligus temen deket bangetbangetbanget. Sangking deketnya, toyor-toyoran kepala atau pun mengutarakan pendapat mereka yang jujur sekaligus pedas sudah menjadi hal biasa. Suatu ketika Budi datang ke kelas mereka untuk mengembalikan novel harry potter-nya Ani. Tapi sang pemiliknya lagi nggak ada dan sibuk banget sama kegiatan ekskulnya, alhasil Budi menitipkannya pada Dian. Sebagai sahabat, Dian tahu banget nih Ani lagi sibuk banget sama ekskulnya dan novel Ani pasti nganggur. Lagipula Ani pasti boleh-boleh aja meminjamkan novelnya ke Dian. Toh mereka sering banget pinjam-meminjam barang. Lalu seminggu kemudian,

Ani: “Duh, parah banget nih si Budi! Sepupu gue ngomel-ngomel kan ke gue!”
Dian: “Emang kenapa?”
Ani: “Itu novel harry potter gue, dipinjem Budi, kagak dibalik-balikin”
Dian: “Oooooh, itu novel ada di rumah gue, Ni. Hahahaha sorry, sorry, gue lupa bilang. Abisan lo sibuk banget sih. Makanya jangan kebanyakan ekskul”
Ani tertawa sambil ngedumel-dumel rusuh ke sahabatnya itu. Yah, namanya juga sahabat. Kalo ngeliat respon sih oke-oke aja, tapi kita nggak tahu perasaan Ani sebenernya. Walau pada akhirnya dia memaafkan sih *Sotoy boleh dong, kan gue yang ngarang ceritanya*

Kondisi kedua,
Burhan, Doni, dan Ari adalah tiga temen kampus yang sohib-an banget. Sudah seminggu Doni menginap di kamar kost-an Burhan. Namanya sohib, kalo seminggu nginepnya mah udah dianggep keluarga bahkan bagian dari anggota kamar Burhan. Ya, lumayan menemani Burhan yang kesepian. Saat ini Doni sedang nyuci piring bekas sarapannya dan Burhan, ya itung-itung sebagai tanda terima kasih udah dikasih tempat tinggal. Sementara Burhan baru hendak mandi karena sebentar lagi kuliah dan tadaaaa pasta giginya sudah kering. Terpaksa Burhan mengeluarkan segenap tenaga untuk mengeluarkan pasta giginya. Tidak hanya pasta gigi, peralatan mandinya juga mulai berkurang. Memang sih sudah mau memasuki akhir bulan, tapi untuk anak kost-an, hal ini terlalu cepat terjadi. Faktornya karena Doni yang menginap. Oke, sebagai teman yang baik, Burhan berusaha menelan pahitnya kondisi yang dia hadapi dan segera menyelesaikan ritual mandinya. Di hari yang sama, seperti biasa Ari mampir ke kost-annya Burhan buat ngajakin ke kampus bareng, kebetulan ada Doni juga lagi nginep di sana. Sesampainya di kamar Burhan, Ari melihat Doni dan Burhan yang sedang berkemas barang untuk pergi ke kampus. Doni sedang memasukkan buku dan Burhan sedang menyemprot minyak wangi ke bajunya.

Ari: “Ohiya! Gue lupa pake parfum! Bagi dong, Han!” (masuk dan kemudian langsung ngambil parfum dari tangan Burhan)
Burhan: “Gue belom selesai make”
Doni: “Yailah, mau sewangi apa dah? Hahaha gue bagi juga dong”

Burhan cuma berusaha cuek dengan keadaan. Toh itu bukan sekali atau dua kali Ari meminta minyak wanginya atau hal lainnya. Kondisi yang satu ini, memang sih Ari dan Doni melakukan basa-basi dengan minta “bagi” walau sebenernya secara paksa dan Burhan pun susah nolak. Apalagi kalau itu minyak wangi mahal dan sebagai anak kost pasti itu berharga banget kan yah. Miris kalo misalnya itu minyak wangi sering banget dipake untuk 3 orang padahal yang make cuma satu orang. Ada lagi nih kondisinya kayak gini,

Ari: (ngaca di cermin kamar Burhan), “Lah, ini kok rambut gue nggak oke banget deh”
Burhan: “Tau loh. Potong rambut gih”
Ari: “Iya, ntar gue potong rambut. Eh ada jel rambut nggak? Bagi dong gue”

Emang sih pasti Burhan bakal ngasih karena simpati, kasihan juga kalo Ari ke kampus tapi dandanan nggak oke kan? Tapi tetep aje itu jel rambut barang pribadi yang pengen Burhan nikmati sendiri sebenernya.

Dua kondisi ini emang gue lebay-lebay-in tapi ada yang gue ambil dari pengalaman gue sendiri. Ani dan Burhan lebih memilih diam hanya karena TAKUT DIBILANG PERHITUNGAN. Basa-basi yang terlupakan dari dua kondisi ini adalah MENUNGGU RESPON sebelum BERAKSI. Paling gampangnya, lo beli semangkok bakso yang isinya ada 5 butir bakso. Kemudian datang temen lo yang langsung nyamber ngambil bakso lo sambil bilang, “Bagi yak!”. Kalo setengah sih nggak apa-apa, tapi ini satu butir bakso bulat full (lebay). Dan tersisalah 4 butir bakso buat lo, belom lagi kalo ada temen yang lain lagi dateng. Kemudian lo berekspresi kesel sambil marah-marah ringan, dan akhirnya temen lo minta maaf sambil ketawa. Hadeuh pasti pahit banget yah rasanya.

Seperti pelajaran menulis surat dalam pelajaran bahasa Indonesia. Pasti ada kalimat pembuka yang dimaksudkan sebagai basa-basi. Dalam pidato dan orasi pun juga punya basa-basi yang panjang walau intinya sedikit. Memang sih walau pada akhirnya kebanyakan basa-basi bikin risih juga dan bikin negara ini seringkali mengulur-ulur sesuatu dengan basa-basi #Sotoy

Basa-basi itu PENTING, karena hal ini merupakan dasar untuk kita naik ke level sosial berikutnya, yaitu TAHU DIRI #Sotoy. Misalnya kalo ngutang duit dan masih belom bisa bayar yah minimal ngingetin orang yang kita hutangin, “Eh, sorry yah gue belom bisa bayar hutang gue. Baru bulan depan nih, duit gue turun. Ehya, berapa hutang gue ke lo?”. Setidaknya kalimat itu bisa bikin orang percaya sama kita kalo kita ini masih inget ada hutang sama dia walau lupa jumlahnya. Yah, minimal kalo kita minjem duit lagi, pasti dia minjemin lah yah *apa deh ini*.

Tentunya akan muncul kata “TAHU” lagi setelah TAHU DIRI. Misalnya TAHU BERTERIMA KASIH. Gila yah, ribet banget basa-basi di negeri ini, tapi di situlah kenikmatan dan sensasinya. Selain itu, basa-basi bikin kita bisa baca situasi loh. Kita nggak pernah tahu penilaian orang terhadap kita apa.

Gue ngerasa basa-basi itu perlu dan penting banget. Apalagi bagi gue yang memuja interaksi, gue selalu berusaha mencari topik untuk berbicara lebih dulu kalau misalnya lawan bicara gue nggak mau bicara. Gue terbiasa menjadi pemecah keheningan.

“Eh, ELF yah? Biasnya siapa?” (kalo misalnya gue liat tas dia ada pernak-pernik super juniornya)
“Eh, suka Jepang juga yah?” (kalo misalnya gue liat pernak-pernik Jepang)

Dan basa-basi yang paling sering gue gunakan kepada teman yang baru gue kenal atau temen yang nggak terlalu deket sama gue adalah NGEBAHAS IKLAN. Nggak perlu hal besar seperti ngebahas acara tv atau film, cukup iklan yang kecil aja udah bikin obrolan panjang.

Gue: “Iklan es krim M**num hebat yah. Masa bisa bikin gue pengen makan tuh es krim”
Orang/temen: “Itu mah lo nya aja yang kepengen! Eh tapi emang sih itu iklan blablablabla...”

Tanpa kita sadarin, kita uda ngelakuin basa-basi itu sendiri. Bahkan penipu sekali pun pasti basa-basinya uda tingkat dewa. Gue agak mengerti sekarang, kenapa orang Indonesia terkenal dengan orang yang ramah. Selain karena murah senyum, kita juga sering menawarkan teknik “basa-basi” itu sendiri. Asyik kan? Hehehe gue pun masih menikmati saat-saat gue grogi pulang dari rumah temen dengan pamit ke orangtuanya dulu. Itu salah satu basa-basi yang asik. Oia, kalo boleh, basa-basi komen dikit lah di blog ini, ya gue tau diri lah buat basa-basi berkunjung ke blog kalian, baca dan komen juga. Hehehe salam sotoy~

Pandang lagi langitnya »»