Jumat, 08 November 2013

Teman Dekat (belum) Pasti Lekat

Demi menjalani janji, gue akan berusaha mengisi blog ini setiap jum'at. It means seminggu sekali gitu, termasuk dengan blog sebelah. Oia, sepertinya kata "gue" akan berubah hari ini menjadi "aku" atau "saya" untuk seterusnya, mengikuti blog sebelah.Okeh, apaan itu Teman Dekat (belum) Pasti Lekat?
Kagami-Kuroko di Kuroko No Basket
Kemarin sempat aku membaca ulang cerpen "Dir, Diary" http://wp.me/p44gDO-p tergugah akan ide bikinnya dimana dulu aku nggak mudah percaya dengan "manusia" sebagai sahabat. Alasannya sederhana karena manusia memiliki mulut, yang bisa saja suatu hari nanti rahasia apa pun itu akan terbongkar. Sahabat atau mungkin kita sebut disini sebagai teman dekat itu sudah pasti yang paling mengenal kita kan? Tapi aku akan ngebeberin, BAGAIMANA JAHATNYA TEMAN DEKAT ITU?

"Teman dekat itu jahat? Pasti nggak mungkin kan? Itu namanya bukan teman dekat!"

Biasanya semakin kita dekat dengan seseorang, makan semakin timbul-lah perasaan "nggak enak" alias "sungkan". Mungkin untuk beberapa orang, perasaan "nggak enak" itu tidak akan muncul karena mereka bebas mengutarakan pendapatnya dengan alasan "teman dekat". Tapi umumnya perasaan "nggak enak" ini selalu ada di setiap orang dan biasanya semakin tumbuh besar terhadap orang terdekat. Perasaan ini bisa tumbuh menjadi banyak bentuk, misalnya rasa hormat, menghargai, pengertian dan lain sebagainya. Lalu jahatnya dimana?

Sasuke-Naruto: Rival or Best Friend?
Jahatnya adalah ketika rasa "nggak enak" ini tumbuh menjadi rasa "membiarkan". Kalau ngomongin soal rasa, pastinya ini akan terbentuk di bawah alam sadar.
Kalo lo sahabat, lo pukul dia kalau dia salah! Jangan dibiarin!
 Mungkin quote atau dialog seperti itu sering kalian dengar di film dan komik, dan kita sama-sama membenarkan kalimat tersebut. Tapi sayangnya, kita seringkali nggak sadar kalau hal ini sering banget kita lakuin.

Contoh situasi pertama:
Kamu: Eh, lo jangan buang sampah disitu! *kenapa contohnya sampah yak? Wwkwk*
Temen Dekat: Ahelah, dimana lagi ngebuangnya?
Kamu: Iya sih. Yauda buang aja disitu.

Contoh situasi kedua:
Kamu: Eh, lo jangan buang sampah di situ!
Temen Dekat: Lo kayak nggak tau gue aja?! (lebih dramatis lagi: uda berapa lama sih kita temenan?)
Kamu: (diem)

Contoh situasi ketiga:
Orang lain: Bilangin deh sama temen deket lo, jangan dibiasain nyontek PR lo. Emang lo nggak ngerasa risih apa?
Kamu: Hah? Gue sih biasa aja. Biarin aja dia nyontek PR gue. (lebih dramatis: ahelah, gue yang temen deketnya aja  nggak ngambil pusing, masa lo yang orang lain ribet?!)

Contoh situasi ketiga ini paling sering terjadi di bawah alam sadar. Kalau kata temenku si : "Mulut tetangga itu lebih pedes, put!". Maksudnya adalah biasanya "orang luar" dari pertemanan kita lah yang kadang bisa melihat hal-hal yang biasanya tak terlihat di dalam lingkaran pertemanan kita. Kalau di Anime sih, biasanya rival itu yang paling memahami kita (di kondisi tertentu mungkin), dibanding teman dekat yang selalu "mendukung" apa pun yang kita lakukan walaupun itu SALAH. Jahatkah mereka? Tentu jahat. Membiarkan orang lain (di luar lingkaran) membangun pandangan jelek terhadap kita.

Teman Dekat (belum) Pasti Lekat. Orang yang paling dekat dengan diri kita sekarang, belum tentu menjadi orang yang paling lekat dengan kita. Lekat di sini dalam urusan hati. Bahkan untuk menyebut Teman Dekat sebagai sahabat (level tertinggi dalam pertemanan) bisa saja menjadi sulit sekarang. Sekarang kembali lagi, apa kebutuhanmu terhadap teman dekatmu ini? Aku yakin kalian punya pendapat sendiri tentang teman dekat itu. "Jangan sungkan yah" CMIIW

Ps: Ada yang bisa merekomendasikan anime supokon? Lagi demen nih. Hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar