Rabu, 10 April 2013

Hiruk Pikuk Kakak-Adik


Tulisan ini ditulis dan dipost di facebook pada
Wednesday, 9 December 2009

Haaa....kayaknya nih judul notenya nggak enak dibaca. Enakan mana baca "Kakak adik" atau "Adik kakak"? Pasti banyak menjawab yang kedua yaitu "Adik kakak". Mungkin karena kata 'Adik' berawalan huruf A? Sudahlah tak usah dibahas. Dari hal yang sekecil itu saja udah tersirat percekcokan. Kata orang, "Ya, namanya juga kakak adik. Pasti pernah berantem" atau "Yang namanya kakak adik harus berantem, kalo ga gitu mah namanya bukan kakak adik"

Sebenernya ini note tertuju buat kedua adikku yang tersayaaaang (maksa banget kayaknya). Nyata sekali, bahwa aku terkadang kesel dengan keberadaan kalian berdua apalagi saat-saat berantem. Dimana emak kita bakal bilang "Udah, kamu ngalah dong sama adik kamu". Terus mengalah, mengalah dan mengalah. Sampe aku berpikir "Kalo ngalah mulu, kapan aku menang?". Dari hal itu aku juga mendapat suatu pemikiran mengenai jawaban atas pertanyaan kata 'adik kakak'. Mungkinkah kata 'kakak' mengalah pada kata 'adik' sehingga kata 'adik' bisa disebutkan terlebih dahulu. Sial sekali menjadi seorang kakak. Apalagi aku anak pertama. Jujur aku bikin note ini tidak dalam keadaan bertengkar atau membenci kedua adikku itu. Justru aku membuat note ini dalam keadaan have fun dengan mereka berdua. Terlintas unek-unekku yang terdahulu.
Saat aku pertama kalinya menjadi kakak atau mempunyai adik, secara tersirat orang tuaku mengatakan "Jadilah contoh untuk adikmu" atau "Berilah adikmu contoh yang baik, karena kau seorang kakak". Mungkin orang tuaku tak pernah berkata begitu, atau mungkin pernah? Tapi kata-kata itu hadir tanpa mereka ucapkan. Tersirat untuk para kakak. Bahkan muncul perkataan seperti ini juga "Dia adikmu, bela dan jaga dia" atau "Kalau mama dan papa ga ada, kamu jaga adik-adikmu ya"
Sulit sekali memang.

AKU ADALAH SEORANG KAKAK
AKU ADALAH PEMIMPIN ADIKKU
AKU ADALAH CONTOH
AKU ADALAH BODYGUARD
AKU ADALAH PENGGANTI ORANG TUA

Tapi nyatanya?
Saat aku mengalah, adikku merespon: senyum dan merasa menang
Saat aku memberi contoh yang baik, adikku merespon: kesal, merasa dikalahkan
Saat aku memberi nasihat, adikku merespon: tidak peduli, merasa digurui
Haaa....rese sekali. Hey,adik! Kau tahu tidak? Aku capek menjadi kakak. Ingin rasanya aku merasakan enaknya menjadi adik. Mungkin bukan hanya aku yang merasakan hal ini tapi seluruh kakak.
Karena aku tak pernah menjadi adik, maaf saja aku tak tahu rasanya itu. Tapi ini adalah perasaanku menjadi kakak. Ku pikir, mungkin aku lebih baik menjadi kakak. Karena bila adikku jadi kakakku, mungkin mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Yah, benar. Mungkin Allah telah menciptakan aku sebagai kakak karena kedua adikku itu tidak pantas atau tidak cocok menjadi kakak. Ya, benar sekali.
Aku melihat adikku bermanja padaku, masih sangat takut bila aku marah besar, masih bersembunyi dibalik ketiakku, menceritakan rahasia padaku, menceritakan masalahnya padaku, masih dan akan terus meminta bantuan padaku, tertawa bersamaku, merencanakan sesuatu bersamaku, bertengkar bersamaku, mandi bersamaku dan lain-lain.

Hahaha.....Mungkin aku belum benar-benar merasakan beratnya sebagai kakak, atau melindungi mereka. Ya, benar. Aku belum menjadi kakak yang baik. Yang kulakukan pada kedua adikku ialah
1.Menyuruh-nyuruh mereka
2.Menjahili mereka
3.Memonopoli barang-barang mereka
4.Mentidakadili mereka dll.
Bagaimana dengan kalian? Sudah menjadi kakak yang baik? Hmm...

Nb:saya harus jadi dewasa buat kedua adik saya. Biar keliatan keren gitu. Tapi saat saya sudah menjadi sedikit bersifat dewasa, adik bungsu saya marah dan tidak suka karena katanya tidak ada lagi yang bisa jadi teman main barbie. Jadi saya harus gimana??? Haaa....derita seorang kakak datang lagi.

Merangkul kedua adikku, Anggi dan Melati
Postingan lama dari facebook. Lucu juga.
https://www.facebook.com/notes/puti-ayu-amatullah/hiruk-pikuk-kakak-adik/361052970354




Tidak ada komentar:

Posting Komentar